Pengamat Politik Mengaku Ngeri Mendengar Pidato Prabowo

Jakarta, Haroan -Pengamat Politik Saidiman Ahmad mengaku ngeri mendengar muatan pidato Prabowo Subianto saat hadir dalam Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) pada Sabtu, 24 Agustus 2024 malam.

“Saya termasuk yang rada ngeri mendengar pidato Prabowo Subianto di penutupan Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) semalam,” tutur Saidiman dalam cuitannya di X, Minggu, 25 Agustus 2024 dikutip Haroan. 

Peneliti SMRC itu kemudian menyebut, alih-alih mengapresiasi gerakan mahasiswa dan masyarakat sipil yang sedang berlangsung di pelbagai kota di Indonesia, Prabowo malah bercerita tentang gerakan 1998. 

Prabowo menyebut gerakan 98 itu ditunggangi asing. Menyatakan bahwa saat itu Indonesia sudah mau tinggal landas, namun asing masuk intervensi dan memecah belah. Prabowo menyesalkan peristiwa 98. 

“Tak ada nada positif pada peristiwa 98 yang berhasil menjatuhkan rezim diktator Soeharto tersebut. Yang tersirat justru penyesalan mengapa itu terjadi,” tulisnya.

Indonesia sekarang, menurut Prabowo, sudah akan tinggal landas lagi. Prabowo menganggap sekarang ini mirip 98. Sudah mau tinggal landas, namun mulai diganggu. Prabowo mewanti-wanti agar rakyat jangan mau diadu domba. 

“Nadanya cenderung melihat demonstrasi besar sekarang karena mau ngerecokin aja niat baik elite yang sekarang mau bersatu. Sama dengan gerakan rakyat 98, yang sekarang pun dicurigai,” ujar Saidiman lagi. 

Prabowo ujar Saidiman, ingin semua elite bersama dan bersatu. Prabowo menggunakan analogi warga yang bersatu mau membangun jembatan. Tapi ada sebagian warga yang tidak mau ikut kontribusi. 

“Secara tidak langsung, dia mengejek posisi PDI Perjuangan yang tidak mau bergabung dengan koalisi besar pendukungnya. PDI Perjuangan dianggap tidak mau berkontribusi membangun jembatan bersama,” sambung dia. 

Di pidato ini, kata Saidiman, Prabowo berkali-kali menyatakan bahwa dirinya mendapatkan mandat rakyat. Rakyat banyak ada di belakangnya. 

BACA JUGA: Jokowi Minta Maaf di Hadapan Sidang MPR

Dalam ruang hampa menurut Saidiman, pernyataan itu tidak bermasalah. Namun ketika dikatakan di tengah aksi protes warga, Prabowo seolah-olah sedang mengirim pesan bahwa suara dia adalah suara rakyat. Yang di luar adalah penyimpangan belaka. Yang sedang protes di jalan dan media sosial itu hanya suara minor dari warga yang tidak mau berkontribusi membangun jembatan tapi berisik. 

Di awal pidato, Prabowo juga menyinggung sejumlah podcast yang membahas dirinya. Dia menyatakan orang-orang yang membicarakan dirinya itu hanya omon-omon. Sementara dirinya bekerja nyata membantu masyarakat. 

“Dia menanggapi kritik secara negatif. Tak ada apresiasi,” tandas Saidiman.

Di pidatonya ini, Prabowo membahas tentang mimpi besar mengelola kekayaan sumber daya Indonesia secara maksimal untuk kemakmuran rakyat. 

“Tak ada yang keliru dengan itu. Namun ketika dia tidak memberi apresiasi bahkan malah nyinyir pada kritik karena menganggap diri sedang berbuat baik itulah yang bermasalah. Ketika kritik dianggap ngerecokin niat atau usaha baik itulah yang bermasalah. Seorang pemimpin menjadi diktator kadang bukan karena tidak punya niat baik, tapi karena jumawa seolah kebaikan hanya ada di pihak mereka,” tukas Saidiman. []

Link Pidato Prabowo:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *