Program Ecobrick Mahasiswa KKNT USU di Parsingguran II, Solusi Kreatif Atasi Sampah Plastik

Humbahas, Haroan – Kelompok 47 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan meluncurkan program ecobrick di Desa Parsingguran 2, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas).

Program ini merupakan inisiatif yang digagas oleh dosen pembimbing lapangan mereka sebagai upaya kreatif mengatasi masalah sampah plastik. Program bertujuan untuk meminimalisir dampak negatif limbah plastik serta memastikan tidak ada sampah yang tertinggal selama masa pengabdian. 

Dosen Pembimbing Lapangan, Ahmad Arief Tarigan SSn MSi menyarankan agar mahasiswa mengimplementasikan program ecobrick sebagai bagian dari kegiatan KKNT mereka. 

Ia melihat potensi besar dalam mengajarkan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab kepada mahasiswanya, sekaligus memanfaatkan hal tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat. 

“Saya ingin mahasiswa tidak hanya berfokus pada pengabdian sosial, tetapi juga meninggalkan jejak positif bagi lingkungan. Ecobrick adalah solusi tepat untuk itu,” ujarnya, Sabtu, 26 Oktober 2024.  

BACA JUGA: Mahasiswa Segel Gedung DPRD Siantar

Dalam pelaksanaan program, anggota kelompok 47 mengumpulkan semua sampah plastik yang dihasilkan selama kegiatan KKNT, seperti plastik kemasan, bungkus makanan, kemudian memadatkannya ke dalam plastik botol bekas untuk dijadikan ecobrick. 

Bila dimanfaatkan, botol-botol ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan konstruksi sederhana atau dapat membuat meja dan bangku. Dengan cara ini, mahasiswa kelompok 47 memastikan bahwa setiap sampah plastik dikelola secara bertanggung jawab.

Ketua Kelompok 47, Fransisco Situngkir mengatakan, program ini menjadi bagian dari komitmen mereka untuk tidak meninggalkan jejak sampah di Desa Parsingguran 2. 

“Kami selaku mahasiswa merasa bertanggung jawab untuk menjaga desa tetap bersih dan terhindar dari dampak negatif sampah plastik,” katanya.

Adapun arahan dari dosen, imbuh dia, tentu memberikan pandangan baru mengenai pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. 

“Kami berharap program ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk turut serta menjaga kebersihan desa dan dimanapun tempat kita berpijak,” ungkapnya. 

Dengan adanya program ecobrick, kelompok 47 tidak hanya berfokus pada pengabdian sosial, tetapi juga memberikan contoh nyata mengenai pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. 

Program ini diharapkan dapat menginspirasi tindakan serupa di masa depan dan mendorong praktik penggunaan kembali, dan daur ulang (reduce, reuse, recycle) yang berkelanjutan. [Rae]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *